Ngamuran Mencari Ikan Khas Suku Dayak Bakati Inyam Dengan Cara Tradisional

Ngamuran Mencari Ikan Khas Suku Dayak Bakati Inyam Dengan Cara Tradisional

Di Desa Benteng, Kecamatan Teriak, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, masih terdapat tradisi yang masih diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini dikenal dengan Ngamuran, merupakan sebuah teknik mencari ikan yang dilakukan oleh sub suku Dayak Bakati Inyam. Apa yang membuat ngamuran begitu istimewa adalah caranya yang unik dan penuh makna, serta kepedulian masyarakat Dayak terhadap kelestarian lingkungan menjadi wujud nyata.

Bilamana melakukan Ngamuran

Kegiatan Ngamuran biasanya dilakukan pada saat malam hari, memberikan kesan magis dan menenangkan. Biasanya, kegiatan ini dilakukan pada saat bulan terang, seperti pada saat bulan purnama. Saat-saat ini dipilih karena air sungai lebih jernih dan tidak terlalu deras, sehingga lebih mudah untuk melihat dan menangkap ikan. Selain itu, ngamuran tidak dilakukan saat kondisi sungai sedang banjir atau musim hujan, melainkan saat musim kemarau, ketika air sungai stabil dan tidak terlalu dalam.

Perlengkapan Untuk Ngamuran

Pada saat ngamuran tentunya perlu dilengkapi dengan peralatan tradisional yang sederhana namun efektif seprti. Mereka menggunakan tangguk, sebuah alat tangkap ikan yang berbentuk kerucut, teranyam rapi dari bambu, dan lampu pelita untuk penerangan. Lampu pelita memberikan cahaya lembut yang cukup untuk melihat ikan tanpa menakut-nakuti mereka. Selain itu, mereka membawa basek (takin), sebuah wadah tradisional untuk menyimpan hasil tangkapan.

Hasil Yang Diperoleh

Teknik Mencari Ikan Suku Dayak Bakati Inyam
Ini contoh beberapa ikan dan udang yang sering didapati pada saat Ngamuran

Hasil dari ngamuran sangat bervariasi, tergantung pada keberuntungan malam itu. Ikan, udang, dan kepiting adalah tangkapan umum yang diperoleh. Namun, setiap malam membawa rezeki yang berbeda-beda, sehingga hasilnya tidak pernah bisa diprediksi dengan pasti. Keanekaragaman hasil tangkapan ini menunjukkan kekayaan ekosistem sungai yang masih terjaga dengan baik, oleh masyarakat suku Dayak Bakati Inyam.

Kenangan Penulis

Saya masih ingat dengan jelas malam itu, puluhan tahun yang lalu, ketika saya ikut ibunda tercinta pergi ngamuran. Kami berdua menyusuri sungai dengan hati-hati, mengikuti cahaya lembut dari lampu pelita. Suara gemericik air dan angin malam yang sejuk menciptakan suasana yang tenang dan damai, apalagi ditemani oleh cahaya bintang-bintang juga rembulan yang bersinar terang. Malam itu, kami berhasil menangkap cukup banyak ikan, udang, dan kepiting. Pengalaman itu bukan hanya tentang menangkap ikan, tetapi juga tentang kebersamaan dan belajar menghargai alam.

Menjaga Ekosistem Sungai

Ngamuran adalah contoh nyata bagaimana masyarakat suku Dayak Bakati Inyam menjaga kelestarian lingkungan. Mereka memahami pentingnya menjaga ekosistem air sungai, sehingga tidak pernah menggunakan cara-cara merusak seperti bahan kimia, setrum, atau bom ikan. Sebaliknya, mereka memilih metode tradisional yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Melalui ngamuran, mereka mengajarkan nilai-nilai penting tentang pelestarian alam kepada generasi berikutnya.

Refleksi

Tradisi ngamuran bukan sekadar cara mencari ikan, tetapi juga cerminan dari kehidupan harmonis antara manusia dan alam. Dalam setiap tanggapan tangguk, dalam setiap langkah yang hati-hati di tepi sungai, tergambar rasa syukur dan penghormatan kepada alam. Masyarakat Dayak Bakati Inyam menunjukkan kepada kita semua bahwa kemajuan teknologi tidak harus mengorbankan kearifan lokal dan kelestarian lingkungan.

Ngamuran adalah salah satu dari sekian banyak tradisi berharga yang dimiliki oleh suku Dayak Bakati Inyam. Melalui praktik ini, mereka mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan alam. Ngamuran bukan hanya sekadar teknik mencari ikan, tetapi juga simbol dari kebijaksanaan dan penghormatan terhadap lingkungan. Mari kita belajar dari mereka dan berusaha menjaga alam kita dengan lebih baik. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi-generasi mendatang, agar kekayaan alam dan budaya kita tetap terjaga.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *