Ritual Adat Sebelum Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Traditional Rituals Before the Construction of Micro Hydro Power Plant (PLTMH)

Berita82 Views
Banner Mengenal Bengkayang

Bengkayang (MB) – Saya selalu percaya bahwa setiap pembangunan besar di tanah Borneo tak sekadar soal beton, mesin, atau teknologi. Ada satu sisi tak kasat mata yang menyertainya: kearifan lokal. Dan itulah yang saya saksikan langsung saat menghadiri ritual adat sebelum pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dusun Segonde, Desa Pisak, Kecamatan Tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang, Senin pagi, 14 April 2025.

Hari itu, langit sedikit mendung, tapi suasana di tepian Sungai Maraus terasa hangat. Warga, tokoh adat, dan perwakilan pemerintah berdatangan dengan busana tradisional, membaur bersama tim pelaksana pembangunan, termasuk dari PT. Tri Daya Energi Bengkayang dan kontraktor asal Tiongkok, China Machinery Engineering Corporation (CMEC).

Banner Wisata Pulau Temajo

Sebagai seorang warga sekaligus pegiat cerita lokal, saya duduk di antara masyarakat yang berkumpul, menyaksikan prosesi ritual adat yang dijalankan oleh Ketua Adat dan Kepala Binua Sara. Bau kemenyan perlahan menembus udara pagi, diiringi doa dan lantunan bahasa Dayak yang menyentuh nurani. Ritual ini bukan sekadar simbolik. Ini adalah wujud penghormatan kepada alam dan permohonan izin kepada Jubata (Tuhan) serta para leluhur agar pembangunan Listrik Tenaga Mikro Hidro ini berjalan dengan lancar dan selamat.

Baca Juga : 6 Daftar Wisata Bengkayang Terdekat

Dalam sambutannya, Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis menegaskan pentingnya menjalankan adat dalam setiap langkah pembangunan. “Ritual adat ini bukan hanya tradisi, tapi bentuk komunikasi kita kepada alam semesta. Kita minta restu, agar pembangunan PLTMH ini berjalan tanpa hambatan, dan masyarakat mendapatkan manfaat maksimal,” ucap beliau dengan penuh haru.

Saya pribadi merasa bangga sekaligus tersentuh. Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur dan teknologi, Bengkayang tetap menjaga akar budayanya. Pembangunan PLTMH ini adalah bukti nyata. Ia tak hanya membawa harapan baru dalam bentuk aliran listrik untuk masyarakat terpencil yang belum terjangkau jaringan PLN, tapi juga menjadi simbol harmoni antara kemajuan dan tradisi.

Bayangkan, energi air dari sungai yang selama ini mengalir tenang akan segera diubah menjadi sumber listrik bersih dan berkelanjutan. Listrik Tenaga Mikro Hidro ini bukan sekadar solusi teknologi, tapi juga harapan bagi desa-desa yang dulu hanya mengandalkan pelita atau genset untuk cahaya malam. Dengan PLTMH, anak-anak bisa belajar dengan penerangan yang layak, warga bisa menikmati siaran TV, dan pelaku UMKM bisa menjalankan usaha dengan lebih mudah.

Tak hanya itu, PLTMH juga ramah lingkungan. Ia tidak merusak ekosistem sungai, tidak menebang pohon secara masif, dan tidak mencemari udara. Sebaliknya, ia mengajak kita untuk kembali bersahabat dengan alam, memanfaatkan apa yang tersedia secara bijak, dan tetap menjaga keseimbangan yang diwariskan oleh leluhur.

Selesai ritual, kami menikmati hidangan lokal bersama singkong rebus, ikan sungai bakar, dan kopi panas yang diseduh dari biji kopi lokal. Obrolan santai terjadi di bawah tenda sederhana, tapi saya yakin setiap yang hadir hari itu merasakan hal yang sama: semangat baru telah lahir.

Saya pulang dengan pikiran yang ringan dan hati yang hangat. Tidak hanya karena sebentar lagi listrik akan menyala di banyak rumah, tapi karena saya tahu, Bengkayang sedang membangun masa depannya tanpa melupakan jati dirinya.

Dan itu adalah cerita yang ingin saya bagi kepada Anda tentang bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro bisa menjadi terang yang lahir dari harmoni antara adat dan inovasi.

Banner Mengenal Bengkayang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *