Tace Icatn (Tahi Ikan) Ternyata Bisa Dimakan

Tace Icatn (Tahi Ikan) Ternyata Bisa Dimakan

Siapa sangka, sesuatu yang memiliki nama yang sedikit menakutkan seperti “Tace Icatn” atau yang dikenal dengan sebutan Tahi Ikan ternyata merupakan makanan yang lezat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner suku Dayak Bakati di Kabupaten Bengkayang. Makanan ini mengundang rasa penasaran banyak orang, baik dari segi namanya yang unik maupun rasa dan proses pembuatannya yang istimewa.

Sebuah Tradisi yang Melegenda

Bagi masyarakat suku Dayak Bakati, Tace Icatn bukan hanya sekadar makanan, melainkan warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Nama “Tahi Ikan” memang terkesan kurang menggugah selera bagi mereka yang mendengarnya pertama kali, namun di balik nama tersebut tersimpan kekayaan rasa dan tradisi yang mendalam.

Bahan-bahan Utama yang Sederhana

Bahan utama dalam pembuatan Tace Icatn adalah rebung, atau tunas bambu muda. Rebung ini dipilih karena teksturnya yang renyah dan rasa alaminya yang sedikit manis. Selain rebung, daun jahe juga digunakan untuk memberikan aroma dan rasa yang khas. Kombinasi kedua bahan ini menciptakan cita rasa unik yang tak dapat ditemukan pada masakan lain.

Proses Fermentasi yang Unik

Salah satu hal yang membuat Tace Icatn istimewa adalah proses fermentasinya. Rebung dan daun jahe yang telah dipotong-potong kemudian dicampur dan dibiarkan dalam wadah tertutup selama beberapa hari hingga terjadi fermentasi alami. Proses ini tidak hanya membantu mengawetkan makanan, tetapi juga memperkaya rasa dan aroma dari Tace Icatn.

Pengolahan yang Menggugah Selera

Setelah melalui proses fermentasi, Tace Icatn siap untuk diolah. Cara yang paling populer adalah dengan menumis atau mengosengnya. Saat dimasak, rebung yang telah difermentasi tersebut akan mengeluarkan aroma yang menggugah selera. Untuk menambah cita rasa pedas yang khas, biasanya ditambahkan cabai rawit bulat. Cabai rawit ini memberikan sensasi pedas yang kuat, sehingga membuat Tace Icatn semakin lezat.

Sebuah Cerita dari Hati ke Hati

Suatu hari, saya berkesempatan untuk mencicipi Tace Icatn di rumah seorang teman yang berasal dari suku Dayak Bakati. Rumah mereka terletak di sebuah desa kecil di Kabupaten Bengkayang, dikelilingi oleh hutan bambu yang hijau dan subur. Ketika saya tiba, aroma harum masakan sudah menyambut dari kejauhan, membuat perut saya keroncongan.

Teman saya, Maria, dengan bangga memperkenalkan saya kepada ibunya, yang sedang memasak di dapur. “Ini makanan khas kami, Tace Icatn,” kata Maria sambil tersenyum. Saya melihat panci besar berisi rebung yang sedang diaduk-aduk dengan penuh kasih sayang oleh ibunya.

“Tace Icatn? Bukankah itu artinya…?” Saya tak berani melanjutkan kalimat saya, khawatir menyinggung perasaan mereka. Maria tertawa kecil, seolah memahami kebingungan saya. “Ya, namanya memang berarti Tahi Ikan, tapi percayalah, rasanya enak sekali.”

Saya memandangi panci tersebut dengan rasa penasaran. Rebung yang telah diolah terlihat sangat menggoda, dengan cabai rawit yang menambah warna merah menggairahkan. Ibunya Maria menyendokkan Tahi Ikan ke dalam piring dan menyerahkannya kepada saya.

“Dulu, nenek moyang kami membuat ini sebagai cara untuk mengawetkan makanan,” kata ibunya Maria sambil tersenyum ramah. “Kini, ini menjadi bagian dari identitas budaya kami.”

Saya mengambil sejumput Tace Icatn dengan hati-hati dan mencicipinya. Seketika, rasa gurih, asam, dan pedas berpadu sempurna di mulut saya. Rebung yang renyah dan aroma daun jahe yang harum menciptakan harmoni rasa yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Sungguh, Tahi Ikan adalah sebuah kejutan yang menyenangkan.

Maria dan keluarganya berbagi cerita tentang bagaimana Tahi Ikan selalu hadir dalam setiap perayaan dan acara penting. Dari pesta panen hingga upacara adat, Tahi Ikan selalu menjadi hidangan yang dinantikan. Melalui makanan ini, mereka tidak hanya menikmati kelezatannya, tetapi juga merayakan warisan dan kebanggaan mereka sebagai bagian dari suku Dayak Bakati.

Menghargai Warisan Budaya

Tace Icatn adalah contoh sempurna bagaimana sebuah makanan dapat menceritakan banyak hal tentang budaya dan tradisi suatu komunitas. Melalui kelezatannya, kita diajak untuk lebih memahami dan menghargai kekayaan warisan kuliner suku Dayak Bakati.

Kini, dengan semakin mudahnya akses informasi dan transportasi, Tace Icatn memiliki potensi untuk dikenal lebih luas. Ini bukan hanya tentang memperkenalkan sebuah hidangan, tetapi juga tentang menghargai dan melestarikan warisan budaya yang berharga.

Jadi, jika Anda berkesempatan mengunjungi Kabupaten Bengkayang, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi Tace Icatn. Siapa tahu, Anda akan menemukan kelezatan tersembunyi yang selama ini belum pernah Anda rasakan. Selamat mencoba!

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *